Monday, February 28, 2011

Sebuah cerita lama yang kutemukan dalam ruang HardiskQ,,


Ini sudah kelima kalinya Aga melirik jam ditangannya, dan waktu sudah menunjukkkan pukul 03.57 kemudian dia menoleh ke belakang dan meletakkan jari-jari tangan kirinya dibawah telapak tangan kanan, tanda untuk beristirahat. Udara begitu dingin karena kabut tidak turun dan langit begitu cerah sang rembulan juga tersenyum kepada mereka  tetapi mereka enggan membalas senyum rembulan karena mereka sedang kebingungan, sudah hampir 5 jam mereka berjalan di gunung merbabu ini tetapi mereka belum juga sampai di puncak, padahal menurut teman-teman Aga untuk ke puncak medannya tidak terlalu sulit, tapi sekarang Aga hampir putus asa.

“Ga,masih jauh ya ?”
Aga tidak menjawab pertanyaan dari Andi dan masih terus berpikir tapi entah kenapa tidak ada satu ide pun yang mampir dikepalanya.
Udah Ga ngga usah dipikirin kita kesini kan mau seneng-seneng tapi sekarang loe kok malah sedih kalo Ela lihat loe kayak gini dia pasti marah” kata Andi sambil menyerahkan botol air minum pada Aga.
“Makasih Di, tolong kumpulin anak-anak aku mau ngomong sebentar”
Setelah semua berkumpul Aga pun mulai bicara dan menyuruh semua temannya mengecek hp masing-masing dan hasilnya sungguh di luar dugaan, Andi kehabisan baterai, Reza ngga ada sinyal begitu pula milik Obep dan Aya sedangkan Aga kehabisan pulsa karena tadi keasyikan nelepon Ela. Sudah habis harapan Aga untuk mencapai puncak merbabu, padahal tadi Aga mau nelpon Ela untuk meminta pendapat karena dia yakin hanya dengan mendengar suara Ela dia bisa berpikir lagi dengan baik.
“Guys kayaknya ngga ada jalan lagi selain kita musti jalan terus, gimana guys ?”
Teman-teman Aga tidak ada satupun yang menggeleng dan mereka melanjutkan perjalanan, tapi baru beberapa langkah Aya menjerit karena kakinya kaku dan tidak bisa digerakkan, sedangkan Reza mengalami sesak napas hal ini menambah kalut pikiran Aga.
Aga sendiri sebenarnya merasa dadanya seperti ditekan dan hampir kehilangan kesadaran karena seluruh anggota tubuhnya sulit digerakkan.
“Bep, kamu masih bawa thermometer kan, berapa suhunya sekarang ?” Tanya Aga setengah berteriak takut Obep tidak mendengar karena angin semakin kencang.
Obep yang sedang mengoleskan balsam ke kaki Aya buru-buru mengeluarkan hpnya “Suhunya 12° celcius Ga”.
Aga kembali melihat jam di tangannya sudah pukul 04.26 hampir shubuh, kemudian dia memperhatikan temannya yang sedang merawat belahan hatinya masing-masing timbul rasa rindu kepada Ela belahan hatinya yang tidak bisa ikut naik gunung karena ada urusan keluarga kemudian Aga membayangkan apa yang akan dilakukannya jika Ela mengalami hal seperti Aya dan Reza.
Dering dari saku Aga mengagetkan Aga dan teman-temannya, Aga kembali bersemangat karena ternyata Ela yang menelponnya.
“Pagi Ga gimana perjalanannya ? Ga, Aga kamu denger aku kan, kalian baik-baik aja kan?”
Aga tersenyum mendengar suara belahan hatinya lagi “Pagi La aku udah kangen banget ama suara kamu,tapi La kayaknya kita ngga bisa sayang-sayangan sekarang deh soalnya  kita lagi kena masalah nih Aya lagi kram kakinya trus Reza ma aku kena mountainsickness karena suhunya sampai 12° celcius”.
“Kayaknya itu tandanya kalian udah dekat dengan puncak coba aja kalian jalan lagi sekitar 30 menit, kata kakakku bulan lalu pecinta alam dari fakultasnya ninggalin bendera  hijau kamu coba cari deh, Ga sorry gak bisa lama-lama pulsanya hampir habis udah dulu ya ntar aku telpon lagi dah…”
Aga pun mengajak kawannya untuk berjalan lagi walaupun Obep dan Andi harus memapah pasangannya sedang Aga membawakan barang-barang milik Aya dan Reza, tetapi mereka tetap semangat dan mengerahkan sisa-sisa tenaga yang masih dimiliki.
Akhirnya mereka sampai juga dibawah bendera hijau yang diceritakan Ela tadi dan itu artinya mereka telah sampai dipuncak, sesuatu yang mereka cari dan inginkan yaitu melihat matahari terbit dari atas merbabu sekarang telah mereka dapatkan, lelah berjalan semalaman tidak lagi dirasakan karena telah terbayar dengan pemandangan yang baru pertama kali mereka lihat itu.
Aga pun bisa tersenyum kembali karena telah berhasil menunaikan tugasnya “Terima kasih teman-teman, terima kasih Ela, terima kasih Tuhan”.
Cinta… puncak, 5 Agustus 2006
Haritrisna S

oya jangan lupa kunjungi aku disini.... atau disini . .  

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More